• Jelajahi

    Copyright © Media Online
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Dorong Penguatan Empati, Jurnalis Bogor Selatan Peduli Terhadap HIV-AIDS

    Pariwara Bogor
    Kamis, 13 November 2025, 06.26 WIB Last Updated 2025-11-13T14:26:51Z
    masukkan script iklan disini
    masukkan script iklan disini


    Bogor | Kasus HIV/AIDS masih menjadi persoalan serius yang memerlukan perhatian dari berbagai pihak. Tidak hanya pemerintah, peran media dan kelompok jurnalis juga sangat dibutuhkan dalam memperkuat edukasi serta penyebaran informasi yang benar kepada masyarakat.


    Hal tersebut disampaikan Ketua Sekretariat Komisi Penanggulangan Aids Daerah (KPAD) Kabupaten Bogor, Muksin Zaenal Abidin dalam pertemuan dengan para Jurnalis Bogor Selatan di Mega Hotel & Resort Jalan Raya Puncak, Cipayung, Megamendung, Kabupaten Bogor, Kamis (13/11/2025).


    Menurut Muksin, media memiliki peran strategis dalam mendukung upaya pencegahan penyebaran HIV/AIDS dan penyalahgunaan narkoba, khususnya di kalangan remaja.


    “Peran media sangat penting dalam pemberitaan, sebagai contoh beberapa waktu lalu saya pernah ditanya oleh wartawan soal kasus HIV/AIDS di Jawa Kabupaten Bogor, saya jawab masih sangat tinggi, dan beritanya sangat viral sampai banyak yang bertanya kebenarannya, ya saya jawab iya," tuturnya.


    Ia juga memberikan apresiasi terhadap kiprah awak media khususnya yang tergabung dalam Forum Jurnalis Bogor Selatan (FWBS), karena telah menunjukkan kepedulian nyata terhadap isu kesehatan masyarakat. Ke depan, Muksin berharap Jurnalis dapat melahirkan program inti yang menyasar sektor pendidikan, terutama di lingkungan remaja.


    “Kolaborasi lintas sektor sangat penting, tidak hanya pemerintah, tetapi juga media, pendidikan dan keluarga. Semua pihak harus bersama-sama menciptakan lingkungan yang aman dan sehat bagi generasi muda dan saya berharap, FWBS dapat melahirkan program inti yang menyasar sektor pendidikan, terutama di kalangan remaja," ungkap Muksin.


    Sementara, perwakilan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor sekaligus sebagai narasumber pada kegiatan tersebut, Faisal Irham saat ini masih banyak masyarakat yang salah paham tentang penyakit HIV dan AIDS.


    Menurut Faisal, penyakit HIV terjadi oleh virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh, sedangkan AIDS adalah stadium akhir dari infeksi HIV. Dimana, sistem kekebalan tubuh sudah sangat lemah dan rentan terhadap infeksi oportunistik. 


    "Jadi HIV adalah virusnya dan AIDS adalah kondisi penyakit akibat virus tersebut jika tidak ditangani," katanya.


    Faisal menegaskan, kebanyakan orang tertular HIV diakibatkan melakukan hubungan seks anal atau vaginal dengan seseorang yang terinfeksi HIV tanpa menggunakan alat kontrasepsi atau obat pencegah HIV.


    Selain itu, dapat tertular melalui penggunaan jarum suntik, alat suntik atau alat suntik narkoba lainnya bersama seseorang yang terinfeksi HIV. 


    "Disisi lainnya juga seorang ibu hamil yang terjangkit HIV dapat menularkan HIV kepada bayi selama kehamilan, lalu dalam persalinan dan menyusui," imbuhnya.


    Faisal menyatakan, tahap awal dari infeksi virus ini biasanya tidak menunjukkan tanda-tanda atau gejala apapun, gejala baru akan muncul setelah dua sampai empat minggu setelah terinfeksi. Seseorang bisa mengeluh mengalami sakit kepala yang berat dan persisten disertai dengan demam.


    Gejala dan tanda awal dari HIV termasuk demam, sakit kepala, kelelahan, mual, diare dan pembengkakan kelenjar getah bening di leher atau pangkal paha. Gejala-gejala ini hampir sama dengan infeksi virus lainnya. 


    "Banyak orang yang terinfeksi HIV tidak menyadari bahwa dirinya sudah terinfeksi hingga bertahun-tahun sehingga mencapai stadium lanjut," ujar Faisal.


    Meski begitu, lanjutnya, ada cara pengobatan untuk membantu menyelamatkan hidup para orang yang terkena HIV dan AIDS (ODHA) menjadi lebih panjang. 


    Obat untuk terapi HIV dan AIDS adalah Antiretroviral (ARV). Fungsi dari ARV adalah untuk menghambat pertumbuhan virus agar ODHA tidak terkena infeksi oportunistik, dan mereka bisa tetap produktif seperti non-ODHA. 


    "Untuk mendapatkan ARV, pasien harus melakukan konsultasi kepada dokter agar diberi resep. ARV bisa didapat secara gratis di rumah sakit umum dan puskesmas yang telah ditunjuk oleh pemerintah," imbuhnya. 


    Ketua FWBS, Acep Mulyana, menyambut positif atas inisiatif KPAD, Lekas dan Dinkes yang melibatkan awak media dalam sosialisasi dan edukasi HIV-AIDS ini.


    “Kami miris melihat tingginya kasus HIV-AIDS di Kabupaten Bogor hingga banyak ibu rumah tangga dan anak-anak yang tidak berdosa kena imbasnya. Karenanya, kami menyambut baik pembentukan Wartawan Peduli AIDS ini, sebab pencegahan HIV-AIDS ini harus melibatkan kolaborasi berbagai pihak. Melalui media, diharapkan masyarakat semakin sadar dan peduli pencegahan HIV-AIDS,” tutup Acep. (Gus)

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini